Menjaga Waktu
Khutbah Pertama:
الحمدُ لله، الحمدُ لله المُتفرِّد بالبقاء والدَّوام، الملكِ القُدُوس السلام، أحمدُه – سبحانه – وأشكُرُه، وأتوبُ إليه وأستغفِرُه، غافِرُ الذنبِ، وقابِلُ التَّوب، شديدُ الانتِقام، وأشهدُ أن لا إله إلا اللهُ وحدَه لا شريكَ له شهادةً تُبلِّغُ رِضوانَ الله ودارَ السلام، وأشهدُ أن سيِّدَنا ونبيَّنا محمدًا عبدُ الله ورسولُه خاتمُ النبيين وسيِّدُ الأنام، صلَّى الله وسلَّم وبارَك عليه وعلى آله وأصحابِه السابِقين إلى الإسلام، والتابِعين ومَن تبِعَهم بإحسانٍ، وسلَّم تسليمًا كثيرًا على الدَّوام.
أما بعدُ:
Kaum muslimin,
Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar bertakwa kepada Allah. Ketahuilah di antara tanda taufik Allah kepada seorang hamba dan tanda seorang itu mendapatkan kehidupan bahagia adalah dimudahkannya ia untuk melakukan ketaatan dan sesuainya amalannya dengan sunnah Nabi. Ia juga memiliki teman-teman yang baik. Akhlaknya pribadi juga baik. Ia melakukan kebaikan, menyambung silaturahim, menjaga waktu, dan memiliki perhatian terhadap keperluan kaum muslimin.
Kaum muslimin,
Di masa-masa libur dan senggang, perlu kiranya kita berbicara tentang bagaimana menjaga waktu. Memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Dan menjadikannya tempat muhasabah. Ada sebuah ungkapan Arab yang berbicara tentang waktu:
إنَّ أعظمَ المَقتِ إضاعةُ الوقتِ
“Sungguh hal yang paling buruk adalah menyia-nyiakan waktu.”
Ungkapan lainnya menyatakan:
ليس الوقتُ مِن ذهب، بل هو أغلَى مِن الذهب، وأغلَى مِن كل جوهَرٍ نَفيسٍ
“Waktu itu tidak senilai dengan emas. Ia lebih bernilai dari emas. Bahkan lebih bernilai dari berlian yang berharga.”
Waktu adalah kehidupan. Ia adalah usia. Seseorang menghabiskan usianya dengan harga dan nilai. Seorang yang bijak mengatakan, “Siapa yang melewati satu hari dari umurnya dalam perkara yang tak seharusnya ia lakukan. Atau bukan dalam kewajiban yang mestinya ia tunaikan. Atau bukan dalam kemuliaan yang mestinya ia sambung. Atau bukan dalam perbuatan terpuji yang mestinya ia perbuat. Atau bukan dalam hal ilmu yang mestinya ia pahami. Orang tersebut telah berbuat zalim atas dirinya sendiri. Ia telah durhaka terhadap harinya. Dan mengkhianati usianya.”
Sesungguhnya ajaran Islam sangat memperhatikan waktu detik demi detiknya. Dinukil dari para salafus shaleh bahwa mereka menyebut shalat lima waktu sebagai parameter mengukur hari. Jumat sebagai parameter mengukur pekan. Ramadhan sebagai timbangan mengukur tahun. Dan haji sebagai timbangan mengukur umur. Semua itu adalah muhasabah detik demi detiknya. Peringatan yang dalam. Apakah seseorang berhasil mengisi harinya, pekannya, tahunnya, dan umurnya.
Namun sayang, kita melihat banyak umat Islam menyia-nyiakan waktu mereka. Bahkan mereka mengganggu waktu orang lain. Mengajak orang lain mengisi waktu dengan sesuatu yang sia-sia dan batil.
Saudara-saudara sekalian,
Sesungguhnya dunia internet dan segala hal yang berkaitan dengannya semisal sosial media yang katanya mendekatkan yang jauh, merekatkan hubungan, dll. Terkadang menyita waktu yang besar dihabiskan pada hal yang sia-sia. Oleh karena itu, perlu kita atur penggunaannya. Bagaimana agar media teknologi ini bermanfaat untuk kebaikan pribadi dan masyarakat. Bagaimana media ini bisa menghasilkan sesuatu yang produktif berupa amalan shaleh dan kemanfaatan.
Fasilitas duniawi ini hakikatnya adalah kenikmatan yang harus disyukuri. Cara terbaik dalam bersyukur adalah menggunakan nikmat tersebut untuk menjalankan ketaatan kepada Allah, menggapai ridha-Nya, dan bermanfaat bagi sesama. Jangan sampai ia malah menjadi musibah bagi masyarakat modern. Allah Ta’ala berfirman,
﴿وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ﴾
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” [Quran Al-Anbiya: 35].
Ma’asyiral muslimin,
Siapa yang memiliki website atau blog. Atau membuka akun di sosial media. Hendaknya ia jadikan hal itu sebagai media muhasabah. Karena ia bisa melihat rekam jejak perbuatannya sehari, sepekan, sebulan, dan setahun yang lalu di akunnya tersebut. Jangan sampai ia menemui catatan amalnya di akun tersebut adalah catatan yang buruk. Allah Ta’ala berfirman,
﴿وَيَقُولُونَ يَاوَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا﴾
“Dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun”.” [Quran Al-Kahfi: 49]
Akun tersebut ia jadikan muhasabah, bagaimana ia menghabiskan waktunya. Bagaimana pikiran dan ucapan yang ia lontarkan. Apa yang dilihat oleh matanya. Apa yang didengar oleh telinganya. Dan apa yang dilakukan oleh tangannya.
Ibadallah,
Hisablah diri kalian. Jangan malah sibuk menghisab perbuatan orang lain. Jangan malah sibuk melihat akun-akun orang lain untuk mencari-cari kesalahan mereka. Jangan sia-siakan waktu Anda. Bersungguh-sungguhlah pada hal yang bermanfaat bagi Anda. Tinggalkanlah keributan dan perselisihan. Jagalah diri Anda dari hal yang sia-sia.
Lihatlah bagaimana musibah terjadi, seseorang melihat akun sosial medianya sedari pertama kali ia membuka mata di pagi hari. Dan ia tutup hari dengan cara melihat sosial medianya pula. Betapa besar musibah ini? Ia habiskan siang dan malamnya. Ia habiskan waktu-waktu produktif dalam hidupnya.
Ini adalah musibah besar, ketika kita sibuk dengan gadget kita. Menghabiskan waktu berjam-jam bersamanya. Kita lalai untuk beramal. Kita berlindung dibalik pernyataan sosial media mendekatkan yang jauh, tapi kita lupa menjaga hubungan baik dengan orang tua, kerabat, bahkan istri dan anak. Kita sia-siakan hak-hak orang-orang dekat kita.
Bukankah sebuah musibah besar, tatkala kita melihat kedua orang tua, pasangan suami istri, teman-teman berkumpul di suatu tempat, tapi hakikatnya mereka sedang berjauhan. Mereka berada di dalam suatu majelis, tapi mereka tak bertegur sapa. Diam mematung dengan gadgetnya. Berapa banyakkah gadget-gadget ini menyita waktu mereka? Sungguh ini adalah suatu hal yang tak lagi normal. Bahkan berbahaya.
Saudara-saudara sekalian,
Kalau kita lebih jauh merenungkan, kita akan sadar bahwa gadget-gadget ini sebenarnya melemahkan jiwa. Kita saksikan banyak orang sengaja menampakkan amal keburukan mereka di sosial media. Mereka mengeluh, mencela orang lain, menghibahi saudaranya. Ada juga orang yang terang-terangan menampakkan aurat. Menggoda lawan jenis. Dan kemungkaran-kemungkaran lainnya yang dilakukan terang-terangan. Dilihat oleh semua orang yang berhubungan dengannya. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ » .
“Semua umatku dimaafkan, kecuali orang-orang yang melakukan dosa dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu dosa di waktu malam hari. Kemudian ketika pagi dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku melakukan ini dan itu!’. Padahal di waktu malam Rabbnya telah menutupinya. Namun di waktu pagi dia membongkar tirai Allah terhadapnya”. [HR. Bukhari dan Muslim].
Di sisi lain, ada orang-orang yang sengaja menampakkan keshalehannya. Amal ibadah yang hendaknya ia sembunyikan antara Allah dengan diri-Nya saja yang mengetahui. Tapi sosial media telah membuatnya menampakkan semua itu. Kita bersangka baik, sebagian dari mereka menampakkan hal itu untuk memotivasi orang lain agar turut melakukan kebaikan juga. Namun kalau dilakukan terus-menerus, hati kita ini lemah. Dan setan tidak akan melewatkan satu peluang pun untuk mengelincirkan kita. Tidakkah kita tahu? Bahwa orang-orang pertama yang dimasukkan ke dalam neraka adalah ahli ibadah dan taat. Tapi ketaatan mereka itu hanya berharap pujian dan sanjungan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أولُ مَن تُسعَّرُ بهم النَّارُ ثلاثةٌ: قارِئٌ ومُجاهِدٌ ومُنفِقٌ
“Orang pertama yang dinyalakan api neraka karena mereka, ada tiga: pembaca Alquran, mujahid, dan dermawan.” (HR. Muslim).
Dan Allah Ta’ala menyukai seorang hamba yang menyembunyikan amal kebajikannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ الله يُحبُّ العبدَ التقيَّ النقيَّ الغنيَّ الخفيَّ
“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertakwa, yang merasa cukup (tidak meminta-minta), dan menyembunyikan amal kebaikannya.” (HR. Muslim).
Dampak buruk lainnya dari sosial media, yang membuat seorang menghabiskan waktunya sia-sia bahkan berdosa adalah berdebat yang berujung pada saling menghujat. Banyak kita temui di sosial media orang-orang berdebat tentang suatu permasalahan yang tidak masalah kalau mereka berbeda. Tidak ada dosa dalam perbedaan tersebut. Tapi karena ingin unggul dan diterima pendapatnya, seseorang berdebat dengan temannya. Kemudian saling menghujat dan rusaklah persaudaraan. Alangkah menyesalnya kita nanti membaca catatan amal kita. Karena waktu yang ada banyak kita isi dengan yang sia-sia dan dosa
أعوذُ بالله مِن الشيطان الرجيم: ﴿وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا (13) اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا﴾ [الإسراء: 13، 14].
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”.” [Quran Al-Isra: 13-14].
نفَعَني اللهُ وإياكم بالقرآن العظيم، وبِهَديِ محمدٍ – صلى الله عليه وسلم -، وأقولُ قَولِي هذا، وأستغفِرُ اللهَ لي ولكم ولسائرِ المُسلمين مِن كل ذنبٍ وخطيئةٍ، فاستغفِرُوه، إنه هو الغفورُ الرحيم.
Khutbah Kedua:
الحمدُ لله، الحمدُ لله يمحُو الزلَّات ويصفَح، مَن اعتصَمَ به حفِظَه ومَن لاذَ به أفلَح، أحمدُه – سبحانه – وأشكُرُه، نعمُه مُحيطة بعبدِه ما أمسَى وما أصبَح، وأشهَدُ أن لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له شهادةً هي النَّجاةُ والمربَحُ، وأشهدُ أن سيِّدَنا ونبيَّنا محمدًا عبدُ الله ورسولُه دعَا إلى الهُدى ودينِ الحقِّ وأوضَح، صلَّى الله وسلَّم وبارَك عليه، وعلى آلِهِ وأصحابِه والتابِعين، ومَن سارَ على نهجِهم، واتَّبَعَ هديَهم وأصلَح، وسلَّم تسليمًا كثيرًا إلى يوم الدينِ.
أما بعد .. معاشِر المُسلمين:
Jangan sampai kita menyesali waktu kita yang terbuang. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang tidak menjaga waktu dengan penjagaan yang baik. Kita tidak mengaturnya dengan pengaturan yang tertib dan rapih. Susunlah mana yang prioritas untuk dilakukan. Kemudian mana yang penting. Dan barulah setelah itu kita habiskan waktu untuk kemanfaatan yang lainnya. Siapa yang menghabiskan waktunya bukan untuk sesuatu yang penting dan bermanfaat, pastilah ia termasuk orang-orang yang menyia-nyiakan waktu. Padahal semua yang kita lakukan dicatat dan dimintai pertanggungan jawab.
﴿إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ﴾ [ق: 17، 18]،
“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” [Quran Qaf: 17-18].
Cukuplah Allah sebagai pemberi petunjuk.
هذا وصلُّوا وسلِّمُوا على الرحمةِ المُهداة، والنِّعمةِ المُسداة: نبيِّكُم مُحمدٍ رسولِ الله؛ فقد أمرَكم بذلك ربُّكم فقال – عزَّ قائِلٍ عليمًا -: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56].
اللهم صلِّ وسلِّم وبارِك على عبدِك ورسولِك: نبيِّنا مُحمدٍ، وعلى آله وأزواجِه وذريَّته، وارضَ اللهم عن الخلفاءِ الراشدين الأربعةِ: أبي بكرٍ، وعُمر، وعُثمان، وعليٍّ، وعن سائِر الصحابة أجمعين، والتابِعين ومن تبِعَهم بإحسانٍ إلى يوم الدين، وعنَّا معهم بعفوِك وجُودِك وإحسانِك وكرمِك يا أكرَمَ الأكرمين.
اللهم أعِزَّ الإسلامَ والمسلمين، اللهم أعِزَّ الإسلامَ والمسلمين، اللهم أعِزَّ الإسلامَ والمسلمين، وأذلَّ الشرك والمُشركين، واحمِ حَوزةَ الدين، وانصُر عبادَك المُؤمنين، واخذُل الطُّغاةَ، والملاحِدَة، وسائرَ أعداءِ المِلَّة والدين.
اللهم انصُر دينَك وكتابَك، وسُنَّةَ نبيِّك مُحمدٍ – صلى الله عليه وسلم -، وعبادَك الصالِحين.
اللهم آمِنَّا في أوطانِنا، اللهم آمِنَّا في أوطانِنا، وأصلِح أئمَّتَنا وولاةَ أمُورِنا، واجعَل اللهم ولايتَنَا فيمن خافَك واتَّقاك واتَّبَع رِضاكَ يا رب العالمين.
اللهم أيِّد بالحقِّ والتوفيقِ والتسديدِ إمامَنا وولِيَّ أمرِنا، ووفِّقه لما تُحبُّ وترضَى، وخُذ بناصيتِه للبِرِّ والتقوَى، وارزُقه البِطانةَ الصالِحةَ، وأعِزَّ به دينَك، وأَعلِ به كلمَتَك، واجعَله نُصرةً للإسلامِ والمسلمين، واجمَع به كلمةَ المُسلمين على الحقِّ والهُدى، ووفِّقه ووليَّ عهدِه وإخوانَه وأعوانَه للحقِّ والهُدى وكل ما فيه صلاحُ العباد والبلاد.
اللهم وفِّق وُلاةَ أمورِ المسلمين للعملِ بكتابِك، وبسنَّةِ نبيِّك مُحمدٍ – صلى الله عليه وسلم -، واجعَلهم رحمةً لعبادِك المؤمنين، واجمَع كلمتَهم على الحقِّ والهُدَى يا ربَّ العالمين.
اللهم وأبرِم لأمةِ الإسلام أمرَ رُشدٍ يُعزُّ فيه أهلُ الطاعة، ويُهدَى فيه أهلُ المعصِية، ويُؤمَرُ فيه بالمعرُوف، ويُنهَى فيه عن المُنكَر، إنك على كل شيء قدير.
اللهم انصُر المُجاهِدين، اللهم انصُر المُجاهِدين الذين يُجاهِدُون في سبيلِك لإعزازِ دينِك، وإعلاءِ كلمتِك، اللهم انصُرهم في فلسطين وفي كل مكانٍ يا رب العالمين.
اللهم كُن لإخوانِنا المظلُومين والمُستضعَفين في كل مكانٍ، اللهم كُن لهم في فلسطين، وفي سُوريا، وفي درعا، وفي ليبيا، وفي اليمَن، وفي بُورما، وفي كل مكانٍ يا رب العالمين، اللهم ارحَم ضعفَهم، واجبُر كسرَهم، وأصلِح شأنَهم، وآوِ طريدَهم، وفُكَّ أسيرَهم، وانتقِم ممَّن ظلَمَهم، واجعَل كيدَه في نحره، واجعَل تدبيرَه تدميرًا عليه يا ربَّ العالمين.
اللهم عليك باليهود الصهايِنة، اللهم عليك باليهود الصهايِنة المُحتلِّين؛ فإنهم لا يُعجِزونك، اللهم وأنزِل بهم بأسَك الذي لا يُردُّ عن القومِ المُجرمِين، اللهم إنا نَدرَأُ بك في نُحورِهم، ونعُوذُ بك من شُرورهم.
اللهم يا ذا الجُود والمَنِّ احفَظ علينا هذا الأمنَ، وسدِّد قيادتَه، وقوِّ رِجالَه، وخُذ بأيدِيهم، وشُدَّ مِن أزرِهم، وقوِّ عزائِمَهم، وزِدهم إحسانًا وتوفيقًا وتأييدًا وتسديدًا، اللهم واشفِ مرضاهم، وارحَم شُهداءَهم، وحافَظ أُسَرَهم وذريَّاتهم يا ربَّ العالمين.
اللهم وفِّقنا للتوبةِ والإنابةِ، وافتَح لنا أبوابَ القبُول والإجابة، اللهم تقبَّل طاعاتِنا ودُعاءَنا، وأصلِح أعمالَنا، وكفِّر عنَّا سيِّئاتنا، وتُب علينا، واغفِر لنا وارحَمنا، إنَّك أنت أرحمُ الراحمين.
﴿رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾ [البقرة: 201].
﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾ [النحل: 90].
فاذكُرُوا اللهَ يذكُركُم، واشكُرُوه على نعمِه يزِدكم، ولذِكرُ الله أكبر، والله يعلمُ ما تصنَعُون.
Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com
Artikel asli: https://khotbahjumat.com/5146-menjaga-waktu.html